NIKMATHIDUP karya : Sutan Takdir Alisjahbana Api menyala di dalam kalbu, Ganas membakar tiada beragak. Hangus badan rasa seluruh, Gelisah duduk sepanjang hari. Rasa dicambuk rasa didera Jiwa 'ngembara tiada sentosa. Ya Allah, ya Tuhanku! Biarlah api nyala di kalbu, Biarlah badan hangus tertuju. Api jangan Engkau padamkan, Mata jangan
Puisi Kepada Kaum Mistik Sutan Takdir Alisjahbana - Puisi Kepada Kaum Mistik Sutan Takdir Alisjahbana Kepada Kaum Mistik IEngkau mencari Tuhanmu di malam kelamBila sepi mati seluruh bumiBila kabur menyatu segala warnaBila umat manusia nyenyak terhenyakDalam tilam, lelah aku, Tuhanmu Tuhan diam kesunyian! Tetapi aku bertemu Tuhanku di siang-terangBila dunia ramai bergerakBila suara memenuhi udaraBila nyata segala warnaBila manusia sibuk bekerjaHati jaga, mata terbukaSebab Tuhanku Tuhan segala gerak dan kerja Aku berbisik dengan Tuhankudalam kembang bergirang ronaAku mendengar suara Tuhankudalam deru mesin terbang diatas kepalakuAku melihat Tuhankudalam keringat ngalir orang sungguh bekerja IIBerderis decis jelas tangkasTangan ringan tukang pangkasMenggunting ujung rambutkuJatuh gugur bercampur debu Aku melihat Tuhanku AkbarUjung rambut di tanah terbabarTeman, aku gila katamu?Wahai, kasihan aku melihatmu Mempunyai mata, tiada bermataDapat melihat, tak pandai melihatSebab beta melihat Tuhan di-mana2Diujung kuku yang gugur diguntingPada selapa kering yang gugur ke tanahPada matahari yang panas membakar 19 Oktober 1937 *
Pertamatama di sini akan ditampilkan dua buah puisi karya Chairil yaitu Nisan, yang merupakan puisi awalnya, dan Derai-Derai Cemara,7) yang merupakan puisi terakhirnya. Bahkan Sutan Takdir Alisjahbana mengejeknya sebagai ocehan nenek-nenek yang tidak ada kerja.8) Para penyair, termasuk Chairil, mulai menulis dalam bentuk soneta, yang
Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Bermutu Tinggi Sastra Angkatan Pujangga Baru, bentuk Puisi Karya Sutan Takdir Alisjahbana Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh STA, tentang keyakinan masa depan dan keagungan Tuhan, kata mengalir pasti dengan pola yang terencana apik Dari buku Tebaran Mega Waktu penulisan 26 April 1935 — Aku berdiri di tepi makam Suria pagi menyinari tanah, merah muda terpandang di mata Jiwaku mesra tunduk ke bawah Dalam hasrat bertemu muka, Melimpah mengalir kandungan rasa Dalam kami berhadap-hadapan menembus tanah yang tebal Kuangkat muka melihat sekitar Kuburan berjajar beratus-ratus, Tanah memerah, rumput merimbun, Pualam berjanji, kayu berlumut Sebagai kilat nyinar di kalbu Sebanyak it curahan duka, Sesering itu pilu menyayat, Air mata cucur ke bumi Wahai adik, berbaju putih Dalam tanah bukan sendiri! Dan meniaraplah jiwaku papa Di kaki Chalik yang esa Di depanMu dukaku duka dunia, Sedih kalbukuku sedih semesta Beta hanya duli di udara Hanyut mengikut dalam pawana Sejuk embun turun ke jiwa Dan di mata menerang sinar Originally posted 2012-10-20 201958. Republished by Blog Post Promoter
Beberapapilihan puisi Saut Situmorang dalam saut kecil bicara dengan tuhan. insomnia. hampir. tengah malam. jalan. Sutan Takdir Alisjahbana (2) Sutardji Calzoum Bachri (1) Suyitno B. Tamat (1) Syaiful Irba Tanpaka (1) Data buku kumpulan puisi Judul : Aku Ingin Jadi Peluru Penulis : Wiji Thukul Cetakan : I, Juni 2000 Penerbit
Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Bermutu Tinggi Sastra Angkatan Pujangga Baru, bentuk Puisi Karya Sutan Takdir Alisjahbana Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh STA, tentang keyakinan masa depan, kata mengalir pasti dengan pola yang terencana apik Dari buku Tebaran Mega Waktu penulisan 24 April 1935 — Aku meninjau kembang sepatu, Larat berkembang di seberang jalan. Bersorai-sorai kesuma memerah, Dalam girang silau kemilau. Daun kering gugur ke bawah, Bunga kerisut menutup kuncup. Siapakah yang melihat, Siapakah yang teringat? Sebab alam ialah hidup Bertempik sorak muda remaja, Berseri bersinar tunas baru, Sedihlah menyepi selara yang jatuh Originally posted 2012-10-20 202552. Republished by Blog Post Promoter
Begitupun Chairil, yang menulis puisi berjudul "Aku" di tahun 1943. Identitas-ku yang membuntuti kata waktu barangkali mengisyaratkan pada subjek yang sebenarnya, Chairil. Ketika seorang Chairil mengandai di situasi yang berpangkal pada sesuatu akhir, sebab berangkat dari penadaan kalau sampai waktuku.
Tuhan, Kau lahirkan saya tak pernah kuminta Dan saya tahu, sebelum saya Kau ciptakan Berjuta tahun, tak berhingga lamanya Engkau terus menerus mencipta berbagai ragam Tuhan, pantaskah Engkau menunjukkan hidup sesingkat ini Dari berjuta-juta tahun kemahakayaan-Mu Setetes air dalam samudra tak bertepi Alangkah kikirnya Engkau, dengan kemahakayaan-Mu Dan Tuhanku, dalam hatikulah Engkau perkasa bersemayam Bersyukur sepenuhnya akan kekayaan kemungkinan Terus menerus limpah ruah Engkau curahkan Meski kuinsyaf, kekecilan akrab dan kedaifanku Di bawah kemahakuasaan-Mu, dalam kemahaluasan kerajaan-Mu Dengan tenaga imajinasi Engkau limpahkan Aku sanggup mengikuti dan memalsukan permainan-Mu Girang berkhayal dan mencipta banyak sekali ragam Terpesona sendiri menikmati keindahan ciptaanku Aahh, Tuhan Dalam kepenuhan terliput kecerahan sinar cahaya-Mu Menyerah kepada kebesaran dan kemuliaan kasih-mu Aku, akan menggunakan kesanggupan dan kemungkinan Sebanyak dan seluas itu Kau limpahkan kepadaku Jauh mengatasi mahluk lain Kau cipatakan Sebagai khalifah yang penuh mendapatkan sinar cahaya-Mu Dalam kemahaluasan kerajaan-Mu Tak adalah pilihan, dari bersyukur dan bahagia, bekerja dan mencipta Dengan kecerahan kesadaran dan kepenuhan jiwa Tidak tanggung tidak alang kepalang Ya Allah Ya Rabbi Sekelumit hidup yang Engkau hadiahkan dalam kebesaran dan kedalaman kasih-Mu, tiada berwatas akan kukembangkan, semarak, semekar-mekarnya sampai ketika terakhir nafasku Kau relakan Ketika Engkau memanggilku kembali kehadirat-Mu Ke dalam kegaiban belakang layar keabadian-Mu Dimana saya mengalah lapang dada sepenuh hati Kepada keagungan kekudusan-Mu, Cahaya segala cahaya Sutan Takdir Alisyahbana Toya Bongkah 24 April 1989 Navigasi pos
Dalamsejarah perkembangan kesusastraan Indonesia Armijn terkenal sebagai salah seorang pelopor pendiri majalah Pujangga Baru tahun 1933 di samping Sutan Takdir Alisyahbana dan Amir Hamzah. Mulai tahun 1933—1938 ia menduduki jabatan sekretaris redaksi majalah itu.
Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru. Alisjahbana lahir di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara, pada tanggal 11 Februari 1908. Ia meninggal dunia pada tanggal 17 Juli bahan telaah, berikut kami sudah merangkum beberapa contoh puisi karya Sutan Takdir Alisjahbana untuk anda baca. Semoga bisa menjadi inspirasi dan bahan bacaan yang menyenangkan untuk melampiaskan rasa. Kumpulan Puisi karya Sutan Takdir Alisjahbana
SINOPSISANAK PERAWAN DISARANG PENYAMUN Karya Sutan Takdir Alisjahbana Oleh Muhammad Azni Disebuah hutan yang lebat hiduplah beberapa orang penyamun, yang kerjaan mereka hanyalah menyamun saja, setiap orang atau saudagar yang lewat di hutan tak lepaslah dari cengkraman mereka, sehingga pada suatau hari dengan di bekali oleh informasi salah satu dari mereka, Samad memberi tahukan bahwa akan ada
Pembaca Puisi Aku dan Tuhanku AKU DAN TUHANKU Karya Sutan Takdir Alisyahbana Tuhan, Kau lahirkan aku tak pernah kuminta Dan aku tahu, sebelum aku Kau ciptakan Berjuta tahun, tak berhingga lamanya Engkau terus menerus mencipta berbagai ragam Tuhan, pantaskah Engkau memberikan hidup sesingkat ini Dari berjuta-juta tahun kemahakayaan-Mu Setetes air dalam samudra tak bertepi Alangkah kikirnya Engkau, dengan kemahakayaan-Mu Dan Tuhanku, dalam hatikulah Engkau perkasa bersemayam Bersyukur sepenuhnya akan kekayaan kemungkinan Terus menerus limpah ruah Engkau curahkan Meski kuinsyaf, kekecilan dekat dan kedaifanku Di bawah kemahakuasaan-Mu, dalam kemahaluasan kerajaan-Mu Dengan tenaga imajinasi Engkau limpahkan Aku dapat mengikuti dan meniru permainan-Mu Girang berkhayal dan mencipta berbagai ragam Terpesona sendiri menikmati keindahan ciptaanku Aahh, Tuhan Dalam kepenuhan terliput kecerahan sinar cahaya-Mu Menyerah kepada kebesaran dan kemuliaan kasih-mu Aku, akan memakai kesanggupan dan kemungkinan Sebanyak dan seluas itu Kau limpahkan kepadaku Jauh mengatasi mahluk lain Kau cipatakan Sebagai khalifah yang penuh menerima sinar cahaya-Mu Dalam kemahaluasan kerajaan-Mu Tak adalah pilihan, dari bersyukur dan bahagia, bekerja dan mencipta Dengan kecerahan kesadaran dan kepenuhan jiwa Tidak tanggung tidak alang kepalang Ya Allah Ya Rabbi Sekelumit hidup yang Engkau hadiahkan dalam kebesaran dan kedalaman kasih-Mu, tiada berwatas akan kukembangkan, semarak, semekar-mekarnya sampai saat terakhir nafasku Kau relakan Ketika Engkau memanggilku kembali kehadirat-Mu Ke dalam kegaiban rahasia keabadian-Mu Dimana aku menyerah tulus sepenuh hati Kepada keagungan kekudusan-Mu, Cahaya segala cahaya Sutan Takdir Alisyahbana Toya Bongkah 24 April 198 ===================================================
SutanTakdir Alisyahbana (11 Februari 1908 - 17 Julai 1994; juga dieja sebagai Soetan Takdir Alisjahbana) ialah seorang penulis, sasterawan dan ahli tatabahasa dari Indonesia.Beliau muncul dari angkatan Poedjangga Baroe.. Beliau merupakan antara pengajar utama yang mengasaskan Universitas Nasional yang terletak di Jakarta.Beliau juga pernah bekerja di Malaysia sebagai Profesor dan Ketua
Videotersebut cocokpedia ambil dari youtube channel totemo yeppo. Pembacaan puisi tersebut diunggah pada 13 Mei 2020. Berikut puisi (poetry) Aku dan Tuhan teksnya secara lengkap. AKU DAN TUHANKU Karya Sutan Takdir Alisyahbana Tuhan, Kau lahirkan saya tak pernah kuminta Dan saya tahu, sebelum saya Kau ciptakan Berjuta tahun, tak berhingga lamanya
ProsaIndonesia baru pun mulai muncul tahun 1920-an, dengan ditandai munculnya novel monumental berjudul Siti Nurbaya, buah karya Marah Rusli.Lalu zaman Pujangga Baru muncul pula Sutan Takdir Alisjahbana dengan roman berjdulLayar Terkembang.Lalu, menjelang kemerdekaan muncul Armiyn Pane yang menulis novel Belenggu yang dianggap novel modern pada zamannya.
. 6obidbo4qw.pages.dev/8196obidbo4qw.pages.dev/6346obidbo4qw.pages.dev/6966obidbo4qw.pages.dev/3156obidbo4qw.pages.dev/526obidbo4qw.pages.dev/6856obidbo4qw.pages.dev/5196obidbo4qw.pages.dev/4616obidbo4qw.pages.dev/7036obidbo4qw.pages.dev/7376obidbo4qw.pages.dev/2736obidbo4qw.pages.dev/986obidbo4qw.pages.dev/506obidbo4qw.pages.dev/2216obidbo4qw.pages.dev/325
puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana